Nganjuk (24/4). Ketua DPP LDII Bidang Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP), Basseng Muin mengungkapkan peranan pondok pesantren di dalam pengembangan sumber daya manusia sangat strategis. Pasalnya pondok pesantren bisa membentuk manusia yang religius dan memiliki karakter, yang dibutuhkan untuk menyukseskan pembangunan di berbagai sektor.

Hal itu ia katakan saat mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, dalam rangka survei kelembagaan pondok pesantren. Acara itu dihelat di Ponpes Al Ubaidah dan diikuti para guru dan pengurus Ponpes Al Ubaiadah, Ponpes Al Ubaidah 2, dan Ponpes Millenium Alfiena Lengkong, pada Rabu (16/4).

“Saat ini kita berada pada era pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Di dalam rancangan pembangunan jangka menengah yang pemerintah susun sudah ada target ditetapkan antara lain pertumbuhan ekonomi harus 8 persen, peningkatan pendidikan kualitas SDM, dan pengentasan kemiskinan,” tutur Basseng.

Dalam pandangannya LDII sebagai bagian integral dari pemerintah Republik Indonesia, tentu harus berkontribusi terhadap pencapaian target pemerintah tersebut. Salah satu yang bisa dilakukan LDII adalah pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

“Peran pendidikan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 sangat strategis, dan tidak mungkin Indonesia Emas 2045 itu kita bisa temukan, tanpa peranan sumberdaya manusia. dalam teori kita dengar bahwa sumberdaya lain hanya bisa menghadirkan kemungkinan-kemungkinan tetapi hanya sumberdaya manusia yang bisa menghadirkan kenyataan,” ujarnya.

Sumber daya manusia harus disiapkan sedini mungkin, masih ada waktu kurang lebih 21 tahun untuk Indonesia emas 2045, “Dan kalau kita mulai sekarang dari Pondok Pesantren, saya kira dalam waktu 20 tahun itu bisa menghasilkan sumberdaya manusia emas yang nanti akan mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045,” ungkap Basseng.

Sementara itu, Ketua Departemen PUP Thonang Effendi menjelaskan DPP LDII melakukan survei fungsi kelembagaan pondok pesantren, mulai dari proses penerimaan sampai selesai hingga struktur organisasi, “Temuan kami, dengan metode struktur function dari Henry Mintzberg, Ponpes Al Ubaidah memenuhi standar literasi. Hanya beberapa penyesuaian bahasa yang diperlukan sehingga informasi yang ada di Pondok Pesantren Al Ubaidah ini nanti bisa diketahui oleh khalayak umum,” ujar Thonang.

Senada dengan Basseng, Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany mengatakan Ponpes Al Ubaidah menjadi tempat diklat calon muballigh-muballighot, yang sebelumnya mereka mondok di kota atau wilayah masing-masing.

Diharapkan, para santri tidak hanya berkontribusi dari segi keilmuan saja tetapi bagaimana mereka bisa memiliki andil dalam membangun bangsa. “Kami sangat memerlukan bantuan dari semua pihak termasuk dari DPP LDII, karena dengan segala keterbatasan, kami berupaya untuk terus meningkatkan kualitas muballigh-muballighot,” jelas Habib Ubaid.(Fiki)