Nganjuk (26/9). Penghulu KUA Sukomoro, M. Faizurrizqi Al Farisi, mewakili Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Nganjuk membekali para peserta diklat calon muballigh dan muballighot LDII. Kegiatan tersebut berlangsung di Pondok Pesantren Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, pada Senin (22/9).
Dalam kesempatan tersebut, Faizurrizqi mengangkat tema pentingnya etika berdakwah di era digital sebagai fokus utama pembekalan. Menurutnya, dakwah digital menjadi sesuatu yang harus dikuasai oleh para santri pada era saat ini. “Santri adalah pilar utama dalam menyebarkan agama Islam. Untuk bisa diterima masyarakat, dakwah para santri harus mengikuti perkembangan zaman, salah satunya melalui media digital,” ujarnya.
Ia menekankan penguasaan teknologi oleh santri harus diiringi dengan pemahaman etika dan nilai-nilai Islam agar tidak terjebak dalam sisi negatif dunia digital. “Santri harus mampu memanfaatkan teknologi secara bijak, dan itu membutuhkan pemahaman kompleks agar dakwah yang disampaikan tidak keluar dari koridor syariat maupun etika,” jelas Faizurrizqi.
Terkait dengan peran Kemenag dalam mendampingi santri dan pondok pesantren ke depan, ia menyatakan bahwa Kemenag melalui Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) memiliki perhatian serius terhadap pengembangan akademik dan dakwah para santri. “Karena santri bukan hanya tombak penyebaran Islam, tapi juga penentu arah peradaban ke depan. Maka investasi terhadap mereka harus benar-benar dilakukan secara strategis,” tambahnya.
Sebagai penutup, Faizurrizqi menyampaikan harapan agar para santri yang telah mendapatkan pembekalan mampu menjadi dai yang adaptif, namun tetap menjunjung tinggi akhlak dan kearifan lokal dalam berdakwah di tengah masyarakat. “Kita mungkin unggul dalam teknologi dan informasi, tapi dakwah yang kuat harus tetap berpijak pada akhlak, budaya, dan pemahaman masyarakat. Di situlah dakwah akan menjadi powerful,” tutupnya. (Fiki)
